Minggu, 24 Juni 2012

ASKEP CARSINOMA GASTER





BAB I

PENDAHULUAN

            Dapat dikatakan bahwa keperawatan lahir bersama manusia diciptakan Tuhan, sebab tidak dapat dipungkiri bahwa setiap orang memerlukan asuhan keperawatan dalam kehidupannya.
            Pada awal mulanya, Perawat dianggap sebagai pemberi asuhan. Secara tradisional, pelaksanaanya dilakukan oleh kelompok, masyarakat atau badan social. Dari sejarah dapat diketahui pengalaman orang lain. Kita tidak harus melakukan sendiri pengalaman tersebut, tetapi kita dapat mengambil pengalaman dari pelajaran itu untuk kita gunakan pada masa kini atau masa yang akan dating.
            Keperawatan adalah suatu profesi sebagaimana halnya dokter, Keperawatan juga mempunyai cirri-ciri dan kriteria tertentuprofesi diantaranya memiliki body ofg knowledge dan berbentuk pelayanan yang bwerorientasi pada masyarakat. Oleh karena itu, Pelayanan keperawatan dilandasi oleh ilmu pengetahuan dan kiat keperawatan.
            Pelayanan keperawatan dilakukan dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan, mencegah penyakit, penyembuhan, pemulihan, serta pemeliharaan kesehatan utama yang memungkinkan setiap penduduk mencapai kemampuan hidup sehat dan produktif yang dilakukan sesuai dengan wewenang, tanggung jawab, dan etika profesi keperawatan.
            Perawat adalah mereka yang memiliki kemampuan dan kewenangan melakukan tindakan keperawatan berdasarkan ilmu yang diperoleh melalui pendidikan keperawatan.





BAB II
CARSINOMA LAMBUNG

A.   KONSEP DASAR MEDIS
1.    PENGERTIAN
Carsinoma lambung adalah keganasan pada lambung yang masih terlokalisasi pada mukosa dan submukosa tanpa memperhatikan sudah metastasis atau belum.

2.    ETIOLOGI
Sebab-sebab kanker lambung sampai sekarang belum jelas diketahui. Namun, beberapa pengamatan yang telah dilakukan mengatakan bahwa penyebab kanker lambung adalah :
1.    Perubahan mukosa yang abnormal.
Hurst (1929) dan Konjetzky (1936) adalah orang yang pertama kali melakukan penyelidikan bahwa adanya perubahan mukosa yang abnormal sering menyebabkan karsinoma lambung. Juga disebut bahwa kanker lambung tidak akan terjadi pada mukosa lambung yang normal. Beberapa mukosa lambung yang benigna seperti ulkus, palip dan anemia prnisiosa yang sering terjadi dengan beberapa tingkatan gastritis atrotik adalah prakarsinogen. Disebutkan bahwa pada 3% ulkus ventrikuli akan mengalami perubahan menjadi maligna 5-10% anemia fernisiosa akan berisiko menjadi kanker lambung. Sedang pada palip lambung, perhatian kita lebih berfokus pada yang berbentuk villous adenoma karena dilaporkan angka potensial menjadi ganas adalah 69%.

2.    Pengamatan epidemiologi
Keadaan lingkungan, kebiasaan hidup, usia, jenis kelamin, genetis dan ras mungkin memegang peranan sebagai faktor risiko timbulnya kanker lambung.
a.    Usia
Insidensi kanker lambung meningkat secara progresif setelah usia 35 sampai 85 tahun.


b.    Jenis kelamin
Di seluruh dunia, risiko kejadian kanker lambung laki-laki banding wanita bervariasi.

c.    Ras
Orang kulit hitam Amerika memilikki risiko tinggi terkena kanker lambung 3 kali lipat lebih besar dari yang berkulit putih. Di negara-negara seperti Chili, Jepang, Iceland, Finlandia, Austria, Rusia dan Skandinavia, frekuensi penderita kanker lambung sangat tinggi jika dibandingkan negara-negara lain. Hal ini menyimpulkan bahwa kebiasaan hidup ikut memegang peranan penting.

d.    Faktor genesis
·         Riwayat keluarga
Menurut suatu studi riwayat keluarga pernah mendapat kanker lambung berhubungan dengan peningkatan risiko 2-3 kali lipat pada generasi pertama.

·         Golongan darah.
Golongan darah A atau substansi spesifik pada grup lewis berisiko 15-25% menderita kanker lambung.

·         Sindroma Familial
Peutz-jeghers syndrome (multiple GI hamartomas polyps, melanic pigmentation) yang diturunkan secara autosomal disebut berisiko menderita kanker lambung, tetapi hanya jika ada timbul gastric hamartamas.

·         Mutasi pada gen E-Cadherin (CDHI)
Telah ditemukan pada beberapa keluarga dengan kanker lambung difus yang herediter autosomal dominan. Kanker lambung difus herediter adalah kanker lambung dini yang berkembang pada usia muda.


e.    Diet
Walvaart dan Zwaveling (1981) menyebutkan bahwa ada hubungan yang jelas antara kebiasaan makan dengan kanker lambung. Daging yang diasap dan dibakar banyak dimakan, terutama di negara-negara dengan insidensi kanker lambung yang tinggi. Konsumsi garam berlebihan dan penggunaan makanan yang diawetkan banyak digunakan di negara-negara dengan temuan kanker lambung yang banyak.

3.    MANIFESTASI KLINIK
Gejala awal dari kanker lambung sering tidak pasti, karena kebanyakan tumor ini dimulai dikurvatura kecill, yang hanya sedikit menyebabkan gangguan fungsi lambung. Pada tahap awal kanker lambung, gejala mungkin tidak ada. Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa gejala awal, seperti nyeri yang hilang dengan antasida, dapat menyerupai gejala pada pasien yang ulkus benigna. Gejala penyakit progresif dapat meliputi tidak makan, anoreksia, dispepsia, penurunan berat badan, nyeri abdomen, konstipasi, anemia dan mual serta muntah.

4.    PATOFISIOLOGI
Proses patofisiologi diawali dengan rusaknya mukosa lambung akibat meningkatnya sekresi lambung dan pepsin yang dipicu oleh berbagai fakta kerusakan mukosa lambung mengakibatkan difusi balik ion hidrogen ke dalam sel-sel mukosa dan merusak sel-sel mukosa.
Akibatnya terjadi peningkatan pelepasan yang menstimulasi peningkatan sekresi lambung yang disebabkan oleh kanker lambung menjadi pepsin. Pada ion hidrogen menyebabkan peradangan dan permeabilitasnya meningkat kemudian tambahan dan atrofi progresif mukosa pada carsinoma lambung. Sehingga sering menyebabkan ulkus lambung pas grastritis peningkatan carsinoma lambung akan menstimulasi saraf kolinergik yang meningkatkan mortalitas usus.
Fungsi carsinoma lambung yang merusak pembuluh darah kecil vena yang menimbulkan edema dan pendarahan dan erosi sehingga mukosa pada carsinoma lambung menjadi iskemia yang menimbulkan ulkus.
                                                              
5.    PENANGANAN / PENGOBATAN
1.    Mengangkat tumor
Bila tumor dapat diangkat ketika masih terlokalisasi di lambung, pasien dapat sembuh. Bila tumor telah menyebar karena lain yang dapat secara bedah, penyembuhan tidak dapat dipengaruhi. Pada kebanyakan pasien ini, paliasi efektif, untuk mencegah gejala seperti obstruksi, dapat diperoleh dengan reseksi tumor.
Bila gastrektomi subtotal radikal dilakukan, puntung lambung dianastomosiskan pada jejenum, seperti pada gastrektomi untuk ulkus. Bila gastrektomi total dilakukan kontinuitas gastrointestinal diperbaiki dengan anastomosis diantara ujung esofagus dan jejenum. Bila ada mestasis pada organ vital lain, seperti hepar, pembedahan dilakukan terutama untuk tujuan pembedahan paliatif dilakukan untuk menghilangkan gejala obdstruksi atau disfagia.

2.    Pembedahan lambung
Pembedahan lambung dapat dilakukan pada pasien ulkus peptikum dan kanker lambung yang mengalami hemoragi yang mengancam hidup, obstruksi, perfarasi atau penetrasi atau tidak berespon terhadap engobatan. Untuk pasien yang menjalani pembedahan namun tidak menunjukkan perbaikan, pengobatan dengan kemoterapi dapat memberikan kontrol lanjut terhadap penyakit atau paliasi. Obat kemoterapi yang sering digunakan mencakup kombinasi S-Fluorousil (Sfu), Adriamycih dan Mitomycin-C. radiasi dapat digunakan untuk paliasi pada kanker lambung.

3.    Terapi
Dibeberapa tulisan disebutkan bahwa pilihan terapi KLD adalah terapi bedah atau dengan reseksi mukosa secara endoskopi. Prosedur terapi yang terpenting adalah untuk membedakan kanker mukosa dan tumor yang menginvasi lebih dalam ke lapisan submukosa.




4.    Endoscopic Muscosal Resection (EMR)
Pengobatan secara endoskopi merupakan terapi lokal dan diindikasikan pada KLD metastase. EMR mungkin sebaga alternatif yang dilakukan pada pasien yang tidak ingin dioperasi atau penderita yang kandidat buruk untuk dioperasi. EMR peranan dan keuntungannya meningkat pada penatalaksanaan KLD.
Kriteria lesi yang dapat dilakukan EMR adalah :
a.    Tipe elevasi < 2 cm
b.    Tipe depresi tanpa ulserasi < 1 cm

Biasanya KLD yang sukses diterapidengan EMR memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a.    Terbatas pada mukosa.
b.    Diameter < 20 mm.
c.    Tidak ada perubahan ulkus intramural.
d.    Secara histologi merupakan well diffrentiated adenocarcinoma.

Teknik EMR yang dipergunakan adalah :
a.    Double Channel Endoscopy
b.    Aspiration Mucosectomy dan Band ligation

Komplikasi yang tersering pada tindakan EMR adalah perdarahan. Tetapi, hal ini biasa terjadi pada lesi >30 mm. Oleh karena itu, EMR tidak dianjurkan pada >30 mm dan untuk infiltrasi submukosa yang dalam.
Bagaimanapun, pemeriksaan encitraan (imaging) yang lain dilakukan untuk menilai perluasan keterlibatan jaringan dan adanya metastase ke kelenjar limfe sebelum mukosektomi. EMR adalah tindakan yang sulit dan berpotensial bahaya. Walaupun banyak hasil studi yang menggembirakan tentang EMR, pada prinsipnya teknik yang idea harus dilaksanakan, mudah digunakan, gampang diperoleh dan efektif.



B.   KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1.    Pengkajian
Perawat mendapatkan riwayat diet dari pasien, yang memfokuskan pada isu, seperti masukan tinggi makanan asap atau diasinkan dan masukan buah dan sayuran yang rendah. Apakah pasien mengalami penurunan berat badan; bila demikian seberapa banyak? Apakah pasien merokok; bila demikian, seberapa banyak seharinya dan berapa lama: Apakah pasien mengeluhkan ketidaknyamanan lambung selama arau setelah merokok? Apakah pasien minum alkohol?
Proses menanyakan pasien bila  ada riwayat keluarga tentang kanker. Bila demikian, anggota keluarga dekat atau kerabat jauh yang terkena.
Selama pemeriksaan fisik ini dimungkinkan untuk melakukan palpasi mass. Perawat harus mengobesrvasi adanya asites. Organ lain diperiksa untuk nyeri tekan atau massa. Nyeri biasanya merupakan gejala lambat.


















2.    Diagnosa, Intervensi dan Rasional
1.                                                                       Diagnosa Keperawatan                : Kekurangan volume cairan (kehilangan aktif).
TINDAKAN / INTERVENSI
RASIONAL
Mandiri
1.      Catat karakteristik muntah dan atau drainase.














2.      Awasi tanda vital; bandingkan dengan hasil normal pasien/sebelumnya. Ukurnya TD dengan posisi duduk, berbaring, berdiri bila mungkin.



3.      Catat respons fisiologis individual pasien terhadap perdarahan, mis: perubahan mental, kelemahan, gelisah, ansietas, pucat, berkeringat, takipnea, peningkatan suhu.

4.      Awasi masukan dan keluaran dan hubungkan dengan perubahan berat badan. Ukur kehilangan darah/cairan melalui muntah, penghisapan gaster atau lavase dan defekasi.

5.      Pertahankan pencatatan akurat subtotal cairan/darah selama terapi penggantian.

6.      Pertahankan tirah baring; mencegah muntah dan tegangan pada saat defekasi jadwalnya aktivitas untuk memberikan periode istirahat tanpa gangguan. Hilangkan rangsangan berbahaya.
7.      Tinggikan kepala tempat tidur selama pemberian antasida.

8.      Catat tanda perdarahan baru setelah berhentinya perdarahan awal.

9.      Observasi perdarahan terus menerus dari area suntikan, penampilan ekimosisi setelah trauma kecil.
10.   Berikan cairan jernih/lembut bila masukan dimulai lagi. Hindari kafein dan minuman karbonat.



Kolaborasi
1.    Berikan cairan/darah sesuai indikasi.










2.    Darah lengkap segar/ kemasan sel darah merah.







3.    Plasma beku segar (FFP) dan/atau trombosit.







4.    Masukkan/pertahankan selang NG pada perdarahan akut.
5.    Lakukan lavase gaster dengan cairan garam faal dingin atau dengan suhu ruangan sampai cairan aspirasi merah muda bening atau jernih dan bebas bekuan. Rangsang penghisapan gaster perlahan dengan infus cairan garam faal kontinu lain dapat juga digunakan.

















6.    Berikan obat sesuai indikasi:
·         Simetidin (tagamet): ranitidin (zantac); femitidin (pepcid); nizatidin (axid).



·         Sukralfat (carafate).






·         Ameprazol (prilosec).



·         Antasida, mis: amphojel, maalox, mylanta, riopan.










·         Belladonna; atropin.




·         Vasopresin (pitrein)



·         Vitamin K (aquamephyton).




·         Fenobarbital.






·         Antiemetik, mis : metoklopramid (reglan), Proklorperazin (campazine).
·         Tambahan Vitamin B12.




·         Antibiotik









7.     Awasi pemeriksaan laboratorim, mis:
·         Hb/Ht, jumlah sel darah merah (SDM).






·         BUN/kadar kreatinin.





8.    Bantu/siapkan untuk:
·         Skleroterapi.





·         Endoskopi ligasi varises (ALV).





·         Intervensi bedah.
                                             











1.       Membantu dalam membedakan penyebab distres gaster. Kandungan empedu kuning kehijauan menunjukkan bahwa pilorus terbuka. Kandungan fekal menunjukkan obstruksi usus. Darah merah menandakan adanya atau perdarahan arteial akut, mungkin karena darah lama (tertahan dalam usus) atau perdarahan vena dari varises. Penampilan kopi gelap diduga sebagian darah tercerna menunjukkan obstruksi atau tumor gaster.
2.       Perubahan tekanan darah dan nadi dapat digunakan untuk perkiraan kasar kehilangan darah (mis, TD <90 mmHg dan nadi >110 diduga 25% penurunan volume atau kurang lebih 1000ml). hipotensi postural menunjukkan penurunan volume sirkulasi.
3.       Simtomatologi dapat berguna dalam mengukur berat/lamanya episode perdarahan. Memburuknya gejala dapat menunjukkan berlanjutnya perdarahan atau tidak adekuatnya penggantian cairan.
4.       Memberikan pedoman untuk penggantian cairan.






5.       Potensial kelebihan transfusi cairan, khususnya bila volume tambahan diberikan sebelum transfusi darah.
6.       Aktivitas/muntah, meningkatkan tekanan intra-abdominal dan dapat mencetuskan perdarahan lanjut.




7.       Mencegah refluk gaster dan aspirasi antasida dimana dapat menyebabkan komplikasi paru serius.
8.       Meningkatnya kepenuhan/ distensi abdominal, mual atau muntah baru dan diare dapat menunjukkan perdarahan ulang.
9.       Kehilangan/tidak adekuatnya penggantian faktor pembekuan dapat mencetuskan terjadinya KID.
10.    Kafein dan minuman karbonat merangsang produksi asam hidroklorida, kemungkinan potensial perdarahan ulang.




1.       Penggantian cairan tergantung pada derajat hipovolemia dan lamanya perdarahan (akut atau kronis). Tambahan volume (albumin) dapat diinfuskan sampai golongan darah dan pencocokan silang dapat diselesaikan dan tansfusi darah dimulai. Kurang lebih 80%-90% perdarahan geter dikontrol oleh resistasi cairan dan manajemen medik.
2.       Darah lengkap segar diindikasikan untuk perdarahan akut (dengan syok). Karena darah simpanan dapat kekurangan fakta pembekuan. Kemasan sel mungkin adekuat untuk pasien dengan gagal jantung kronis untuk mencegah kelebihan cairan.
3.       Faktor pembekuan/komponen penipisan oleh 2 mekanisme; kehilangan perdarahan dan proses pembekuan pada sisi perdarahan FFP adlah sumber baik faktor pembekuan. Penggantian trombosit dapat merangsang pembentukan trombosit pada sisi cedera.
4.       Memberikan kesempatan untuk menghilngkan sekresi iritan gaster, darah dan bekuan; menurunkan mual/muntah; dan memudahkan endoskopi diagnostik. Catatan: darah dalam gaster/usus akan dipecahkan menjadi amonia, yang dapat menghasilkan efek feksik pada sistem saraf pusat, mis: ensefalopati.
5.       Mendorong keluar/pemecahan bekuan dan dapat menurunkan perdarahan dengan vasokonstrksi lokal. Memudahkan visualisasi dengan endoskopi untuk melokalisasi sumber perdarahan. Catatan: penelitian saat ini menduga bahwa cairan garam faal es tidak efektif lagi dan cairan suhu ruangan dalam pengontrolan perdarahan dan ini dengan nyata merusak mukosa gaster karena penurunan suhu inti pasien. Dimana dapat memperpanjang perdarahan dengan menghambat fungsi trombosit.  


6.        
·       Penghambat histamin H2 menurunkan roduksi asam gaster dan menurunkan iritasi pada mukosa gaster penting untuk penyembuhan juga pencegahan pembentukan lesi serta meningkatkan pH gaster.
·       Agen antiulkus sekresi asam gaster dan meningkatkan produksi mukus pelindung berguna dalam pengobatan dan pencegahan absorpsi beberapa obat. Mis: teofilin, digoksin, fenitoin, tetrasiklin, amitriptilin.
·       Diklasifikasikan sebaga subsitusi benzimidazol, yang sangat dapat menghambat sekresi asam dan mempunyai kerja lama.
·       Antasida (diberikan peroral atau dengan selang) dapat digunakan untuk mempertahankan pH gaster pada tingkat 4,5 atau lebih tinggi untuk mnurunkan risiko perdarahan ulang. Antasida menghambat absorpsi gaster terhadap antagonis histamin dan kemudian tidak diberikan dalam 1 jam setelah pemberian oral menghambat histamin.

·       Anti kolinergik dapat digunakan untuk menurunkan motilitas gaster, khususnya pada penyakit ulkus peptik setelah perdarahan akut diatasi.
·       Pemberian vasokontriksi intra-arteial diperlukan dalam perdarahan hebat memanjang (varises).
·       Meningkatkan sistesis hepatik faktor-koagulasi untuk mendukung pembekuan. Catatan: absorpsi vitamin K dapat diturunkan oleh penggunaan sulkralfat.
·       Sedatif ringan dapat diberikan untuk meningkatkan istirahat, menurunkan intensitas perdarahan dan menghilagkan nyeri. Catatan: digunakan dengan hati-hati untuk menghindari tanda terjadinya hipovolemia.
·       Menghilangkan mual dan mencegah muntah.


·       Pada gastritis atropik samar, faktor intrinsik yang perlu absorpsi B12 dari saluran GI tidak disekresi dan individu dapat mengalami anemia perniosa)
·       Mungkin digunakan bila infkesi penyebab gastritis kronis atau ulkus. Catatan: neomycin (mycifridin) atau laktulosa (cephulac) dapat digunakan pada varises esofagu untuk menghambat pemecahan bakteri terhadap pelepasan darah pada usus untuk menurunkan risiko enselofati.
7.        

·       Alat untuk menentukan kebuuhan penggantian darah dan mengawasi keefektifan terapi, mis: IU darah lengkap harus meningkatkan Ht 2-3 poin. Kadar dapat tetap stabil pada awal. Sehubungan dengan kehilangan plasma dan SDM.
·       BUN >40 dengan kadar kreatinin normal menunjukkan perdarahan mayor. BUN harus kembali ke kadar normal pasien kurang lebih 12 jam setelah perdarahan berhenti.
8.        
·       Injeksi agen iritasi (seklerosis) ke dalam varises esfagus (untuk membuat trombosis) dapat dilakukan untuk mencegah pengulangan setelah perdarahan pertama teratasi.
·       Teknik peningkatan ini digunakansebagai alternatif efektif dari sklerosis. Perdarahan aktif dikontrol dalam persentase tinggi pasien dengan komplikasi lebih rendah daripada dengan skleoterapi.
·       Gastrektomi, piloplasti total/parial dan/atau vagotomi dapat diperlukan untuk mengontrol/mencegah perdarahan gaster lanjut. Prosedur pirau (portakaval), spienorenal, mesokaval, atau splenorenal distal) mungkin dilakukan untuk mengalihkan aliran darah dan menurunkan tekanan dalam pembuluh esofagus bila tindakan lain gagal.









Diagnosa Keperawatan                : Perfusi jaringan, kerusakan, risiko tinggi terhadap hipovolemia.
TINDAKAN / INTERVENSI
RASIONAL
Mandiri
1.      Selidiki perubahan tingkat kesadaran, keluhan pusing/ sakit kepala.






2.      Selidiki keluhan nyeri dada. Catat lokasi, kulaitas lamanya dan apa yang menghilangkan nyeri.




3.      Auskultasi nadi apikal. Awasi kecepatan jantung/irama bila EKG kontinu ada.





4.      Kaji kulit terhadap dingin, pucat, berkeringat, pengisian kapiler lambat dan nadi perifer lemah.

5.      Catat keluaran urine dan berat jenis.



6.      Catat laporan nyeri abdomen, nyeri hebat atau nyeri menyebar ke bahu.

1.        Perubahan dapat menunjukkan ketidakadekuatan perfusi serebral sebagai akibat tekanan darah artireal. Catatan: perubahan sensori dapat juga menunjukkan peningkatan kadar amonia/ensefalopati hepatik pada pasien dengan penyakit hati.
2.        Dapat menunjukkan iskemia jantung sehubungan dengan penurunan perfusi. Catatan: gangguan status oksigenasi disebabkan oleh kehilangan darah dapat menimbulkan M pada pasien dengan penyakit jantung.
3.        Perubahan distritmia dan iskemis dapat terjadi sebagai akibat hipotensi, hipoksia, asidosis, ketidakseimbangan elektrolit atau pendingan dekat area jantung bila lavase air dingin digunakan untuk mengontrol perdarahan.
4.        Vasokontriksi adalah respons simpatis terhadap penurunan volume sirkulasi dan/atau dapat terjadi sebagai efek samping pemberian vasopresin.
5.        Penurunan perfusi sistemik dapat menyebabkan iskemia/ gagal jantung dimanifestasikan dengan penurunan keluaran urine. ATN dapat terjadi bila hipovolemik memanjang.

6.        Nyeri disebabkan oleh ulkus gaster sering hilang setelah perdahan akut karena efek buffer darah. Nyeri berat berlanjut atau tiba-tiba dapat menunjukkan atau tiba-tiba menunjukkan iskemia sehubungan dengan terapi vasokonstriksi; perdarahan ke dalam traktus bilier (hematobilia); atau perforasi/ timbulnya peritonitis.


2.                                                                        
3.                                                                        
4.                                                                        
5.                                                                       Diagnosa Keperawatan                : Ketakutan/ansietas yang berhubungan dengan perubahan status kesehatan, ancaman kematian.
TINDAKAN / INTERVENSI
RASIONAL
Mandiri
1.      Awasi respons fisiologis, mis: takipnea, palpalasi, pusing, sakit kepala, sensasi kesemutan.
2.      Catat petunjuk perilaku, contoh; gelisah, mudah terangsang, kurang kontak mata, perliaku melawan/ menyerang.

3.      Dorong pernyataan takut dan ansietas, berikan umpan balik.


4.      Berikan informasi akurat, nyata tentang apa yang dilakukan, mis: sensasi yang diharapkan, prosedur biasa.
5.      Berikan lingkungan tenang untuk istirahat.


6.      Dorong orang terdekat tinggal dengan pasien. Berespons terhadap tanda panggilan dengan cepat. Gunakan sentuhan dan kontak mata dengan tepat.
7.      Berikan kesempatan pada orang terdekat untuk mengekspresikan perasaan/ masalah. Dorong orang terdekat untuk memperlihat kan perilaku positif.

8.      Tunjukkan teknik relaksasi, contoh: visualisasi, latihan napas dalam, bimbingan imajinasi.








9.      Bantu pasien untuk mengidentifikasi dan melakukan koping positif yang digunakan dengan berhasil pada waktu lalu.
10.   Dorong dan dukung pasien dalam evaluasi pola hidup.


Kolaborasi
1.      Berikan obat sesuai indikasi, mis:
·         Diazepam (valium); klorazepat (tranxenel), alprazolam (xanax).


·         Rujuk keperawat psikiatrik/penasehat agama.


1.        Dapat menjadi indikatif takut yang dialami pasien, tetapi dapa juga berhubungan dengan kondisi fisik/status syok.
2.        Indikator derajat takut yang dialami pasien, mis; pasien akan merasa tak terkontrol terhadap situasi atau mencapai panik.


3.        Membuat hubungan terapeutik. Membantu pasien enerima perasaan dan memberikan kesempatan untuk memperjelas kesalahan konsep.
4.        Melihatkan pasien dalam rencana ansietas yang tak perlu tentang ketidaktahuan.

5.        Memindahkan pasien dari stressor luar meningkatkan relaksasi, dapat meningkatkan keterampilan koping.
6.        Membantu menurunkan takut melalui pengalaman menakutkan menjadi seorang diri.


7.        Membantu orang terdekat menerima kecemasan/rasa takutnya sendiri yang dapat dipindahkan ke pasien. Meningkatkan perilaku dukungan yang dapat mempermudah penyembuhan.
8.        Belajar cara untuk rileks dapat membantu menurunkan takut dan ansietas. Juga pada pasien dengan perdarahan GI yang sering merupakan orang dengan tipe kepribadian A yang mempunyai kesulitan untu rileks, belajar keterampilan penting untuk penyembuhan dan mencegah penting untuk penyembuhan berulangnya masalah.
9.        Perilaku berhasil dapat dikuatkan dalam menerima takut, meningkatkan rasa pasien terhadap kontrol diri dan memberikan keyakinan.
10.     Perubahan mungkin perlu untuk menghindari berulangnya kondisi ulkus.


1.       .

·       Sedatif/tranquilizer dapat digunakan kadang-kadang untuk menurunkan ansietas dan meningkatkan istirahat, khususnya pada pasien ulkus.
·       Mungkin diperlukan bantuan tambahan selama penyembuhan untuk menerima knsekuensi kedaruratan situasi/keputusan untuk perlunya/kebutuhan perubahan pola hidup.

6.                                                                        
7.                                                                        

8.                                                                       Diagnosa Keperawatan                : Nyeri, akut/kronis berhubungan dengan luka bakar kimia pada mukosa gaster, rongga oral.
TINDAKAN / INTERVENSI
RASIONAL
Mandiri
1.      Catat keluhan nyeri, termasuk lokasi, lamanya intesitas (skala 0-10).





2.      Kaji ulang faktor yang meningkatkan atau menurunkan nyeri.
3.      Catat petunjuk nyeri non-verbal. Contoh: gelisah, menolak bergerak, berhati-hati dengan abdomen, takikardi, berkeringat, selidiki ketidaksesuaian antara petunjuk verbal lain dan non-verbal.
4.      Berikan makan sedikit tapi sering sesuai indikasi untuk pasien.


5.      Identifikasi dan batasi makanan yang menimbulkan ketidaknyamanan.





6.      Bantu latihan rentang gerak aktif/pasif.

7.      Berikan perawatan oral sering dan tindakan kenyamanan, mis: pijitan punggung perubahan posisi.


Kolaborasi
1.      Berikan obat sesuai indikasi, mis:
·         Analgesik, mis; morfin sulfat.




·         Aseraminofen (fylenol).

·         Antasida




·         Antikolinergik, mis: belladonna atropin.


1.        Nyeri tidak selalu ada. Tetapi, ada harus dibandingkan dengan gejala nyeri pasien sebelumnya, dimana dapat membantu mendiagnosa etiologi perdarahan dan terjadinya komplikasi.

2.        Membantu dalam membuat diagnosa dan kebutuhan terapi.

3.        Petunjuk non-verbal dapat berupa fisiologis dan psikologis dan dapat digunakan dalam menghubungkan petunjuk verbal untuk mengidentifikasi luas/beratnya masalah.


4.        Mekanan mempunyai efek penetralisir asam, juga menghancurkan kandungan gester. Makan sedikit mencegah distensi dan keluasan gastrin.
5.        Makan khusus yang menyebabkan distres bermacam-macam antara individu. Penelitian menunjuk kan merica berbahaya dan kopi (termasuk dekafein) dapat menimbulkan dispepsia.

6.        Menurunkan kekakuan sendi, meminimalkan nyeri/ ketidaknyamanan.
7.        Nafas bau karena tertahannya sekret mulut menimbulkan tak nafsu makan dan dapat meningkatkan mual. Gingivitis dan masalah gigi dapat meningkat.

1.

·       Mungkin pilihan narkotik untuk menghilangkan nyeri akut/hebat dan menurunkan aktivias peristaltik. Catatan: demerol telah dihubungkan dengan pengikatan insiden mual/muntah.
·       Meningkatkan kenyemanan dan istirahat.
·       Menurunkan keasaman gaster dengan absospsi atau dengan menetralisir kimia. Evaluasi tipe antasida dalam gambaan kesehatan total. Mis: pembatasan natrium.

·       Berikan pada waktu tidur untuk menurunkan motilitas gaster, menekan produksi asam, memperlambat pengosongan gaster dan menghilangkan nyeri norkturnal sehubungan dengan ulkus gaster.





9.                                                                       Diagnosa Keperawatan                :  Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar), tentang proses penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan.
TINDAKAN / INTERVENSI
RASIONAL
Mandiri
1.      Tentukan persepsi pasien terhadap penyebab perdarahan.

2.      Bantu pasien untuk mengidentifikasi hubungan masukan makanan dan pncetus/atau hilangnya nyeri epigastrik, termasuk menghindari iritan gaster, mis: merica kafein, akohol, sari buah, minuman karbonat, merokok dan makanan dengan suhu ekstrem panas, dingin, berlemak atau makanan pedas.
3.      Anjurkan makan sedikit tapi sering/makanan kecil, mengunyah makanan dengan perlahan. Makan pada waktu yang teratur dan menghindari makan banyak.
4.      Tekankan pentingnya membaca label obat dijual bebas dan menghindari produk yang mengandung aspirin atau menggantinya dengan aspirin berlapis-lapis.


1.        Membuat pengetahuan dasar dan memberikan beberapa kesedaran yang konstruktif pada individu ini.
2.        Kafein dan rokok merangsang keasaman lambung. Alkohol mendukung untuk erosi mukosa lambung-lambung individu dapat menemukan bahwa makanan/ minuman tertentu meningkatkan sekresi lambung dan nyeri.






3.        Sering makan mempertahankan netralisasi HCl, melarutkan isi lambung pada kerja minimal asam mukosa lambung. Makan sedikit mencegah distensi gaster yang berlebihan.
4.        Aspirin medik cepat/intervensi dibutuhkan untuk mencegah komplikasi lebih serius, mis: perforasi sindrom zollinger-ellison.


























3.    Evaluasi
Hasil yang diharapkan, antara lain :
1.    Kekurangan volume cairan
a.    Menunjukkan perbaikan keseimbangan cairan oleh keluaran urine adekuat dengan berat jenis normal, dan tanda vital stabil.
2.    Perfusi jaringan, kerusakan, risiko tinggi terhadap hipovolemia
a.    Mempertahankan / memperbaiki perfusi jaringan dengan bukti tanda vital stabil, kulit hangat, dan keluaran urine adekuat.
3.    Sedikit mengalami ansietas
a.    Menunjukkan rileks dan laporan ansietas menurun sampai tingkat dapat ditangani.
b.    Menunjukkan pemecahan masalah dan penggunaan sumber efektif.
4.    Nyeri (akut) / kronis
a.    Menyatakan nyeri hilang.
b.    Menunjukkan postur tubuh rileks dan mampu tidur/istirahat dengan tepat.

















BAB III
PENUTUP
Carsinoma lambung adalah keganasan pada lambung yang masih terlokalisasi pada mukosa dan submukosa tanpa memperhatikan sudah metastasis atau belum.

Menurut Hurst (1929) dan Konjetzky (1936) adanya perubahan mukosa yang abnormal sering menyebabkan karsinoma lambung. Juga disebut bahwa kanker lambung tidak akan terjadi pada mukosa lambung yang normal. Beberapa mukosa lambung yang benigna seperti ulkus, palip dan anemia prnisiosa yang sering terjadi dengan beberapa tingkatan gastritis atrotik adalah prakarsinogen. Disebutkan bahwa pada 3% ulkus ventrikuli akan mengalami perubahan menjadi maligna 5-10% anemia fernisiosa akan berisiko menjadi kanker lambung. Sedang pada palip lambung, perhatian kita lebih berfokus pada yang berbentuk villous adenoma karena dilaporkan angka potensial menjadi ganas adalah 69%.




SARAN
kami mengharapkan kepada pihak pemerintah agar memberikan bimbingan dan penyuluhan kepada para remaja tentang bagaimana pentingnya menjag kesehaatanhatan.
remaja sabagai generasi muda yang kelak akan menjadi penerus bangsa ini hendaknya sadar akan pentingnya menjag kehatan.








SOAL – SOAL

1.       Angkaa potensial polip lmbung menjadi ganas adalah:
a.       50%                                                                                b.   69%
b.      62%                                                                                d.   70%
2.       Dalam pengamatan epidemologi faktor-faktor yang mempengaruhi  timbulnya resiko kangker lambung adalah kecuali:
a.       Usia dan jenis kelamin                                           c.    kebiasaan hidup
b.      Ras dan genetic                                                        d.    keadaan social
3.       Pada gejala awal kanker lambung sering tidak pasti disebabkan karena:
a.       Dimulai dikurvatura kecil yang hanya sedikit menyebabkan gangguan fungsi ginjal
b.      Serangan langsung secara tiba-tiba
c.       Langsung menyerang lambung
d.      Nyeri secara terus-menerus pada lambung
4.       Gejala umum CA Lambung adalah kecuali:
a.       Nyeri abdomen                                                        c.    anoreksia dispersia
b.      Anemia                                                                        d.    nyeri kepala
5.       Dalam terapi disebutkan bahwa pilihan terapi adalah KLD, sedangkan KLD itu adalah:
a.       Mengangkat tumor yang masih terlokalisir di lambung
b.      Pembedahan lambung
c.       Menganjurkan pasien diet rendah lemak
d.      Terapi bedah dengan reaksi mukosa secara endoskopi
6.       Komplikasi yang sering terjadi pada tindakn EMR (Endoscopic Muscola Resection):
a.       Pembengkakan pada daerah abdomen
b.      Pendarahan
c.       Terdapat adanya mucu
d.      Demam
7.       Dalam pemeriksaan fisik untuk mengobservasi adanya asites dilakukan cara….?
a.       Palpasi                                                                          c .   perkusi
b.      Auskultasi                                                                   d.    inspeksi
8.       Dalam pemberian obat anti analgesik berguna untuk….?
a.       Menurunkan tekanan darah
b.      Mengurangi nyeri
c.       Mengurangi pembentukan mucus
d.      Mengurangi pembentukan lemak
9.       Makanan pantangan bagi penderita CA Lambung kecuali:
a.       Makanan asap                                                           c.   Makanan pedas dan bersantan
b.      Makanan yang diasinkan                                      d.   Makanan yang memiliki asupan nutrisi tinggi




10.   KLD yang sukses diterapi dengan EMR memiliki ciri sebagai….?
a.       Tidak terbatas pada mukosa
b.      Diameter <10 mm
c.       Pada perubahan ulkus intramular
d.      Secara histology merupakan well differentiated adenocarcinoma
11. kanker  lambung difusi  heredeter adalah......?
  a.   Kanker lambung yang dini  berkembang pada usia mudah
  b.  kanker lambung yang berkembang pada usia lanjut.
  c.   Mutasi pada gen E-Cadherin (CDHI)
 d.  Kanker yang didapat dari keturunan.
12.  Akibatnya terjadi peningkatan pelepasan yang menstimulasi peningkatan sekresi    lambung yang disebabkan.oleh........?
a. hidrogen menyebabkan peradangan
b. kanker lambung menjadi pepsin
c. permeabilitasnya meningkat
d. menimbulkan edema dan pendarahan
13.  gastrektomi subtotal radikal dilakukan pada.....?
a. Atrofi progresif mukosa
b. sel-sel mukosa
c. puntung lambung dianastomosiskan pada jejenum,
d. saraf kolinergik yang meningkatkan mortalitas usus.
14. pengobatan dengan kemoterapi dapat memberikan kontrol lanjut terhadap...?
             a. berespon terhadap pengobatan
             b. radiasi dapat digunakan untuk paliasi pada kanker lambung
             c. reseksi mukosa secara endoskopi
             d. penyakit atau paliasi
        15.Dalam membedakan penyebab distres gaster..........?
  a. Kandungan empedu kuning kehijauan menunjukkan bahwa pilorus terbuka.
              b. mengobesrvasi adanya asites
  c. adanya metastase ke kelenjar limfe.
              d. berespon terhadap pengobatan





KUNCI JAWABAN
1.       C                 
2.       D
3.       A
4.       D
5.       D
6.       B
7.       A
8.       B
9.       D
10.   D
11.   A
12.   B
13.   C
14.   D
15.   A

Tidak ada komentar:

Posting Komentar